Kamis, 14 Januari 2016

Perjalanan Menuju Total

Sore itu aku berbincang dengan sahabat WIM membicarakan target bedah rumah selanjutnya.

" Sudah berlantai tanah, tidurnya di bawah , sudah gitu gedegnya bolong-bolong lagi. Kasihan anak-anaknya ", kataku.

"Yang seperti itu aku sudah pernah mengalami mbak ... Sudah tahu rasanya", kata sahabatku.
"Alhamdulillah sekarang sudah seperti ini. Semoga banyak orang bisa seperti aku juga", katanya.

Ya , bersyukur karena sudah bisa melewati saat-saat sulit , bukankah itu sesuatu yang baik dan tidak salah kan ? Dan setiap orang yang normal pasti bersyukur bila berhasil melewati saat-saat sulit.  Bersyukur seperti itu adalah sesuatu yang otomatis dilakukan oleh orang yang bertuhan .

Ketika kesulitan datang, kita berdoa, lalu Allah menolong, dan kita bersyukur karena keluar dari situasi sulit .  Lalu kesulitan lain datang lagi , ditolong lagi, bersyukur lagi .....Kesulitan jenis lain datang lagi , berdoa lagi , ditolong lagi, bersyukur lagi .... Begitu terus berputar sampek mumet ... hehehe .... Seandainya ada resep hidup tanpa muter-muter , mau dong ah ..

Caranya ya jangan berputar , tapi berjalan lurus ke depan, berjalannya ke Allah.
Ada 2 orang, sebut si A dan si B,  berada dalam kesulitan yang sama , tapi keduanya bersyukur dengan cara yang berbeda :
- si A bersyukur karena Allah sudah mengeluarkannya dari situasi sulit
- si B bersyukur karena situasi sulit inilah yang membuatnya mengenal Allah

Rasakanlah perbedaan sikap batin A dan B ,  si A lebih fokus pada keluar dari situasi sulitnya , sedang si B lebih fokus pada mengenal Allahnya. Si A lebih menganggap penting untuk keluar dari situasi sulit, si B lebih menganggap penting pengenalannya akan Allah.

Sikap si A lebih berpotensi mengundang datangnya kesulitan jenis lain yang membuatnya berputar-putar seperti yang aku gambarkan di atas.

Sikap si B inilah yang aku sebut berjalan lurus ke Allah, sikap yang membuka tirai keindahanNya , dan membuat hidupnya lebih indah dan bahagia.

Memang tidak salah bila kita bersyukur karena Allah sudah menolong keluar dari situasi sulit. Tapi di tingkat keimanan yang lebih tinggi, bersyukurnya selain karena Allah sudah menolong keluar dari kesulitan, yang lebih dominan di hatinya adalah bersyukur karena dengan kesulitan itulah dia lebih mengenal Allah dan lebih dekat dengan Allah.

Datangnya kesulitan membuat dia bersyukur karena itu sebuah paket dari Allah , Tuhan yang dicintaiNya.  Apapun yang Allah berikan padanya , selalu menggembirakan hatinya.

Di tingkat keimanan yang lebih tinggi, hidup itu bukan untuk keluar dari kesulitan atau masalah, hidup itu semata-mata untuk Allah.  Kesulitan dan masalah adalah alatNya untuk lebih mengenal dan dekat denganNya.  Hingga pada titik tertingginya sudah tidak ada lagi rasa sedih dan khawatir.

Dari hari ke hari kita berjalan menuju Allah, berjalanlah lurus kepadaNya, maka Allah akan membantu kita melepaskan diri dari kecintaan terhadap selainNya. Ibaratnya dominasi hati kita yang semula hanya 50%nya untuk Allah, bertambah menjadi 60 % dan bertambah terus hingga 100%, menuju totalitas.

Pengalaman-pengalaman hidup itulah yang mengantar kita untuk semakin total kepada Allah, tidak ada lagi rasa sedih dan khawatir.  Hilangnya rasa sedih dan khawatir, karena Allah sudah mencerabut perasaan itu, dan menanamkan keyakinan di hatinya bahwa Allah sudah menjamin hidupnya , dan karena Allah sudah menghilangkan sebab-sebab yang membuat hatinya sedih dan khawatir.

Bila kita masih sering merasa sedih dan khawatir, maka tengok hati kita , apa dan siapa sih yang mendominasi disana ?




2 komentar:

  1. SubhanAllah, tercerahkan utk kesekian kalinya..
    barakallah bu Indah..

    BalasHapus