Kamis, 01 Oktober 2015

Menyandarkan Diri pada Allah

Dear Allah lovers,

Beberapa hari ini aku dicurhati seorang ibu rumah tangga yang punya hutang ratusan juta dan tidak tahu musti bagaimana.

"Suami sakit TBC dan sering ngedrop kalau kena masalah sulit, dan aku hanya ibu rumah tangga saja dengan 3 anak.  Kami hidup dengan usaha kecil dan berhutang selama sepuluh tahun gali lobang tutup lobang sampai ratusan juta. Suami dan keluarganya tidak ada yang tahu bahwa aku sudah berhutang begitu banyak, jadi aku menanggungnya seorang diri.  Sekarang aku sudah lelah".

Kalimat yang sering diulang-ulangnya adalah suami yang sakit , hanya ibu rumah tangga , usaha apa lagi ?

Aku bilang, ibu harus merubah mind set dengan cara banyak membaca terjemahan al quran dan juga mempelajari tulisan di  blogku lebih banyak lagi.  Dan dia jawab sedang mengamalkan surat al waqiah ....

Apa mind set yang harus dirubah ? tanyanya ... dan aku susah menjawab karena sebenarnya jawabannya sudah sering aku tulis di blog.

Yang aku baca dari curhatnya, isinya sedih melulu ... hehehe, namanya juga curhat. Maksudku, dia type orang yang menatap kehidupan dari kacamata sedih, barangkali inilah yang membuat hidupnya malah makin didatangi kesedihan.  Fokus pada persoalan, dan bukan fokus pada nikmat-nikmat Allah.  Bingung mencari solusi, bukan yakin dan pasrah akan pertolongan Allah.  Merasa diri paling menderita sedunia, padahal kalau dia mau melongok ke samping kiri kanan, banyak orang yang lebih menderita hidupnya.

Selama sepuluh tahun dan melompat dari hutang ke hutang yang lebih besar.  Pola pikirnya sudah harus dirombak total.

Ingat pelajaran ustad Virien, ada beberapa tipe orang dalam pola pikirnya.  Ada orang yang menyandarkan diri pada logika , ada yang menyandarkan diri pada ilmunya dan ada yang menyandarkan diri pada Allah.  Nah, menyandarkan diri pada Allah inilah yang disebut tawakal.

Hidup dari hutang ke hutang, itu menunujukkan bahwa dia bersandar pada logika, dan Allahpun berlepas diri dari kehidupannya. Saatnya bertobat dan kembali bersandar pada Allah sepenuh keyakinan!

Suami sakit dan dia hanya ibu rumah tangga, pemikiran inipun perlu dirombak total ! "Hanya ibu rumah tangga" ... kedengarannya dia sedang menghina profesi yang diamanahkan Allah padanya dan sekaligus menghina ciptaan Allah yang berupa dirinya sendiri.  Makanya gak keluar potensinya, karena dia sudah mengklaim  dirinya adalah orang yang lemah.  Bagaimana Allah mempercayakan padanya sebuah proyek besar bila dia sendiri sudah menolak dengan perasaan ketidak mampuannya ?

Cerita tentang suaminya, mengesankan dia dan sang suami belum bisa menyebut 'kami' , tidak ada kebersamaan yang saling menguatkan, seolah-olah dia bilang bahwa aku lebih kuat dari suamiku. Sebuah kesombongan yang halus sekali dan  sudah pula merendahkan suami pemberian Allah. Coba bayangkan bagaimana 'perasaan' Allah ? pemberianNya yang luar biasa kok direndahkan seperti ini ?

Potensi seseorang inshaAllah bisa keluar saat kita mempercayainya.  Percaya bahwa Allah memberikan suami yang tepat, percaya dalam kelemahannya pasti ada kekuatannya, lebih banyak mensyukurinya, lebih fokus melihat kebaikan-kebaikannya, mengabaikan kekurangannya.

Untuk bisa menyandarkan diri pada Allah (tawakal) , dia harus banyak mensinkronkan pikiran dan hatinya dengan al quran.  Segala sifat Allah yang tertulis di al quran musti diimani dengan penuh rasa percaya. Seperti sifat Allah yang Maha Kuasa atas segala sesuatu, harus melahirkan perasaan yakin bahwa Allah juga Maha kuasa untuk mengatasi persoalan keuangannya.  Allah yang Maha memberi jalan keluar yang tidak disangka-sangka , harus membuat perasaan menjadi tenang.  Kekuasaan Allah adalah lebih besar dari persoalan manusia , inilah mind set yang harus terbentuk.

Semoga si ibu bisa segera menemukan perasaan ikhlas dan tawakalnya dan semoga kita semua selalu menyandarkan diri pada Allah di sepanjang kehidupan ini.

Salam manis,

Innuri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar