Jumat, 25 September 2015

Keindahan di Titik Nol

Dear Allah lovers,

Tahun lalu , aku menentang suamiku yang ingin berkurban dengan beras, alasan dia karena yang berkurban dengan  kambing atau sapi sudah banyak .  Dan aku memenangkan perbedaan itu , sukses berkurban seperti orang-orang lain.

Sekarang, setelah aku lebih memahami makna qurban secara hakekat ( baca : dipaksa Allah untuk memahaminya) dan memutuskan berkurban dengan cara yang lain , kini giliranku menerima alasan dengan dalil-dalil .... hehehe .

Pernah menjadi orang yang begitu 'syariat' , sejak SMP bacaanku kitab-kitab terjemahan ualama terkenal, dari Bulughul Maram, Rhiyadhus Shalihin , Fiqh Sayyid Sabiq sampai buku-bukunya pak Hasby Ash Shiddieqi. Lalu mencoba memahami hakekat sejak bertemu eyang Syamsul'alam , pemahaman yang berjalan begitu lamban seperti jalannya kura-kura , aku tak kunjung bisa memasuki hekekat walau sudah puluhan tahun berlalu.

Dan ketika aku sedikit berhasil membuka pintu hakekat, melangkahkan kaki ke dalamnya , melihat pemandangan di dalamnya ... kurasa disinilah tempat terindah dari ajaran Islam yang dibawa sang Nabi. Kurasa, inilah intinya, tapi banyak orang (termasuk aku dulu) yang tidak memahaminya.

Simak al quran surat al kausar : Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak.  Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkurbanlah.  Sesungguhnya orang yang membencimu itu terputus.

Allah yang Maha Adil memerintahkan berkurban, yang tentunya bisa dilaksanakan oleh SEMUA manusia tanpa kecuali.  Maka menjadi tidak adil bila berkurban hanya terjangkau bagi yang mampu membeli kambing , sapi atau unta.  Bagaimana dong nasib mereka yang tidak mampu ? padahal makna kurban secara bahasa adalah mendekatkan diri kepada Allah.  Apakah orang-orang yang tidak mampu membeli kambing, sapi atau unta tidak berhak untuk mendekatkan diri kepada Allah ?

Bertahun-tahun aku selalu berkurban dengan cara  mengikuti aturan syariat dan aku merasa tidak mendapatkan makna apa-apa , kecuali perasaan senang dan lega karena telah berhasil menjalankan perintahNya.  Dan ketika Allah memaksaku dalam sebuah kondisi tidak bisa berkurban seperti orang-orang , aku malah menemukan hakekat dan keindahannya.

Bahwa sebenarnya kita tidak boleh merasa memiliki apa-apa, tidak boleh merasa telah berusaha, tidak boleh merasa telah berbuat baik. Rasanya Allah telah memasukkanku dalam sebuah peran di sebuah kebijakanNya, lebur dalam skenarioNya.  Merasuk dalam tatanan harmoni alam semesta, semua ini sulit digambarkan dengan kata-kata , hanya bisa dirasakan.  Keindahan di titik nol , saat merasakan diri tiada , karena lebur dalam keberadaanNya , menyatu dalam kehendakNya , menari dalam irama semesta.

Maafkan bila mungkin aku ada menyakiti  perasaan  salah satu atau lebih dari kalian saat ada perbedaan pendapat kemarin,  aku amat memahaminya , dan yang pasti aku menyayangi kalian semua.

Allah, terimakasih untuk keindahan qurban yang Kau beri padaku tahun ini. 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar