Senin, 27 April 2015

Perfeksionis Yang Hidupnya Tidak Perfek

dear Allah lovers,

Aku punya seorang pelanggan, pemilik butik yang orangnya perfeksionis banget.  Cerewetnya sering membuatku malas melayaninya, bila bukan karena Allah, rasanya aku sudah kehilangan 'nafsu' dengan orang ini ... haha.

Bila ada pesanan yang kurang sesuai dengan seleranya, maka aku bisa diteleponnya sampai hand phone-ku panas , untung telingaku made in Allah, jadi gak mudah jebol ... hahaha. Dari puluhan pesanan, bila ada satu atau dua saja yang tidak laku, maka dia sudah siap dengan adegan 'ngundat-undat' di telepon sampek elek. Komplit kan ?

Aku pernah berkunjung ke butiknya di kota X, tampilan butiknya memang perfect, rapi jali, bersih dan artistik. Tapi ternyata  kerapian , keindahan dan kesempurnaan butiknya berbanding terbalik dengan kehidupan rumah tangganya. Makanya aku gak suka yang rapi rapi ...... (alasan!)

Aku mau ceritakan semua ini dengan maksud untuk diambil pelajaran, agar bisa berkaca dan berbenah diri.

Wanita pelangganku ini , sebut saja ibu Cwt (singkatan dari cerewet), sering curhat padaku soal rumah tangganya yang tidak harmonis, sang suami berpaling ke wanita lain dan akhirnya mereka berpisah.

"Wanita itu tidak cantik sama sekali jeng. Hitam dan ndesani.  Banyak orang bilang kebalikannya saya, tapi kenapa bapaknya anak-anak kok sampai begitu tergila-gila padanya.  Apa kena magic ?", begitu ceritanya soal istri kedua suaminya.  Aku akui memang ibu Crw ini cantik, anggun dan priyayi banget.

Saat aku dicurhati seperti itu, aku lebih banyak mendengarkan, selain karena tidak tahu musti ngomong apa, aku juga merasa bu Crw hanya sedang membutuhkan pendengar yang baik.

Berbulan bulan kemelut rumah tangganya dia curhatkan padaku dan selama itu pula aku tidak tahu jawaban dari pertanyaan-pertanyaannya.

Tapi sekarang aku tahu kenapa suami bu Crw berpindah ke lain hati, berdasarkan ceritanya selama ini , juga berdasarkan interaksiku dengannya selama dia menjadi pelangganku.

Selama berhubungan dengan bu Crw , aku sering mengalami perasaan tidak berharga, sampai pernah aku merasa tidak pantas menagih uang yang menjadi hakku (parah banget ya). Itu semua karena 'keberhasilan' ibu Crw menjejalkan kesan di pikiranku bahwa produkku masih kurang ini , kurang itu dan sebagainya  (tapi anehnya dia selalu memesan dan memesan terus)  Kata-katanya amat ampuh menyerang pikiranku tepat di jantungnya !

Sifat perfeksionisnya  memaksa orang lain untuk seperfeksionis dirinya, tapi kenyataannnya malah membuat kehidupan pribadinya jadi jauh dari perfect. Dari luarnya saja terlihat penampilan yang sempurna , tapi di dalam hatinya porak poranda.

Aku duga, perasaan tidak berharga seperti yang aku rasakan , itulah yang dirasakan oleh mantan suami bu Crw.  Sedangkan seorang lelaki membutuhkan perasaan 'lebih' dibandingkan istrinya.  Lebih dari perasaan dihargai, melainkan juga perasaan dibutuhkan, dijunjung tinggi sebagai imam / kepala rumah tangga dan perasaan lebih yang lain.

Karena dia tidak bisa mendapatkan apa yang dia butuhkan dari bu Crw, maka dia  mencari wanita lain untuk mendapatkan perasaan 'lebih' yang dibutuhkannya.  Makanya jatuhnya ke wanita yang berparas biasa-biasa saja dan ndesani pula, yang jelas wanita itu telah membuat dirinya merasa berharga.

Sayangnya bu Crw tidak begitu peka dengan penjelasan suaminya yang sering bilang padanya bahwa saat bersama wanita itu dia merasa 'diajeni' (dihargai dan dijunjung). Bu Crw merasa dirinya sudah melakukan yang terbaik sebagai seorang istri, bahkan dia merasa tidak punya kekurangan.

Kecantikan, kekayaan dan sifat perfeksionis, ternyata tidak mampu mengikat lelaki yang dicintainya untuk terus bertahan di sisinya. 

Maka , hargailah pasanganmu sahabat, hargailah sebagai suami / istri kiriman Allah, jangan memaksanya sesempurna pikiranmu, karena kesempurnaan itu hanya milik Allah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar