Sabtu, 25 April 2015

Dikebutne Sak Kebutan

Dear Allah Lovers,

Belum lama ini aku mendapat berita sedih yang sungguh tidak pernah aku sangka, salah seorang dari keluarga besarku sedang mengalami keterpurukan yang luar biasa, rumah tangga yang gagal padahal telah dibina duapuluhan tahun, dan harta berlimpah yang hampir habis.

Yang aku ingat saat mendengar kabar itu adalah ungkapan mak Jum (pengasuh keponakanku Cahyo dan Bayu) , ungkapan dalam bahasa jawa 'dikebutne sak kebutan'.  Dikebutne itu kalau dijelaskan dalam bahasa Indonesia jadi panjang, contoh kasusnya begini ; kalau kita punya karpet yang banyak debunya , lalu  membawanya ke halaman, dijembreng  tinggi-tinggi pakai dua tangan, lalu kita kibaskan sampai semua debu lepas beterbangan.  Nah, pekerjaan kita mengibaskan karpet tadi sampai debunya berjatuhan itu namanya dikebutne.  Sak kebutan itu artinya satu kali hentakan. Maksud keseluruhannya, dikibaskan dalam satu kali hentakan (maka semua kotoran terlepas).

Mak Jum menggunakan istilah itu kalau melihat orang yang cepat sekali kaya dengan jalan yang tidak benar , maka dia bilang begini :"Titenono wae, nek wes dikebutne sak kebutan".  Terjemahan bebasnya ,"Lihat saja nanti ,saat Allah  melenyapkan kekayaannya dengan satu kali kibasan".

Pelajaran yang hendak disampaikan kepada kita adalah agar kita tidak usah memburu harta apalagi dengan jalan yang tidak benar, karena Allah bisa mengambil semuanya sewaktu waktu.  Kita juga  tidak usah ngiri dengan kekayaan orang lain, karena Allah juga bisa mengambilnya sewaktu waktu. Juga agar kita tidak usah bangga dengan kekayaan yang kita miliki, atau bersedih bila merasa kurang dari orang lain, karena harta benda bukanlah hal yang abadi, semua bisa diberikan dan diambil sewaktu-waktu oleh Allah.

Akan halnya ceritaku di awal.  Beliau berdua, sebut saja pak X dan bu Y , adalah potret keluarga sukses dan ideal. Mereka berdua dikaruniai fisik yang ganteng dan cantik,  punya karier yang amat bagus, punya 2 anak lengkap satu lelaki dan satu perempuan.  Mereka sudah pula naik haji di usia yang masih muda.  Kekayaan mereka berlimpah, punya 5 rumah di 2 kota besar dan di kawasan elite pula, juga kebun yang lumayan luas di kota kecil tapi terkenal sebagai kota wisata yang harga tanahnya sudah wow.  Tapi biarpun mereka berdua kaya raya, mereka tidak membuat saudaranya iri hati , karena mereka baik , murah hati dan suka menolong.  Betapa komplitnya, kekayaan yang berpadu dengan kebaikan hati.  Dan semua itu berlangsung selama lebih dari 20 tahun, hingga tidak ada yang menyangka bila keadaan bisa berbalik.

Berawal dari bu Y yang tidak kuat iman dengan godaan lelaki, dan akhirnya sang suami mengetahui perselingkuhan itu.  Setelah melewati pemikiran dan proses perenungan yang lama, akhirnya pak X memutuskan untuk menceraikan istrinya. Untuk keperluan pembagian harta gono gini,  pak X pun menghitung harta kekayaan mereka, dari sinilah ketahuan bila bu Y mempunyai hutang beberapa milyar !!!  Pak Y yang merasa bertanggung jawab terhadap semua tindakan istrinya, akhirnya menjual hampir seluruh harta kekayaan mereka untuk melunasi hutang sang istri. Kini yang tersisa hanya satu rumah yang ditinggali istri dan 2 anaknya, pak Y sendiri sudah tidak tinggal serumah dengan istrinya sejak memutuskan untuk berpisah.

Praktis pak X dan bu Y tidak punya apa-apa lagi, karena rumah yang tersisa sudah diatas namakan kedua anak mereka oleh pak X.

Kejadian ini begitu mengejutkanku, hampir tak percaya.  Tapi juga menyadarkanku bahwa tidak ada yang abadi di dunia ini.  Bila Allah sudah 'ngebutne sak kebutan' , semuanya bisa hilang tak bersisa.  Allah Maha Kuasa untuk mengambil kembali fasilitasNya, dengan caraNya yang kadang tidak nyampai di pikiran kita.

Makanya, kita musti mengembalikan posisi harta pada porsinya , yaitu sebagai sarana untuk mengabdi kepada Allah, bukan tujuan.  Mari kita ajak segala sesuatu yang masih berada dalam kekuasaan kita untuk mengabdi kepada Allah, agar kita bisa menyatu dalam keabadian dan cintaNya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar