Kamis, 02 April 2015

Antara Gubug dan Sekolah Kebun

Dear Allah lovers ,

Ketika hati dibersihkan dari sifat yang kurang terpuji, muncul kecerdasan yang luar biasa (Eyang Virien)

Kemarin eyang masuk tivi, di eagle documentary series metro tivi.  Walau tidak bisa merepresentasikan perjuangan eyang yang 'berdarah darah'  di gubug, karena tema yang dibatasi , tapi cukup memberi sekilas gambaran kondisi disana.

Bila ingin melihat video selengkapnya . bisa disearch di eagle documentary series metro tivi , Gubug Pusung.  Atau lihat video yang aku bagikan di fbku.

Sederhananya masyarakat seputar Gubug, mengingatkanku pada jaman masa pemerintahan Majapahit ... haha ... maksudku seperti jaman dulu banget.  Dapur yang luas dan bersatu dengan ternak sapi mereka , tungku kayu bakar dan rumah yang berlantai tanah.

Tapi entah mengapa, disini aku gak pernah nangis, maksudku gak pernah menangisi kondisi mereka.  Bila berada di tempat ini aku merasa senang dan damai, hawa yang dingin berpadu dengan kehangatan masyarakatnya. Mereka memang sederhana, tapi tidak memelas, mereka hidup dari susu hasil sapi mereka dan mereka begitu tulus, itu menurutku.

Air mataku malah berada di sekolah kebun (seputar Gua Cina Malang Selatan). Padahal bangunan di sekolah kebun sekarang  lebih bagus daripada di Gubug, sarananya juga lebih bagus karena banyak yang membantu, salah satunya dari teman-teman fb (terimakasih banyak).  Tapi kenyataannya sekolah kebun lebih menyita perhatianku, banyak alasan yang sulit dijelaskan.

Antara Gubug dan sekolah kebun, keduanya memberi pendidikan gratis , mendapat seragam dan peralatan sekolah yang gratis juga.  Keduanya dipegang oleh orang yang ahli di bidang pendidikan, eyang Virien di Gubug dan pak Izar di sekolah kebun , keduanya sarjana pendidikan dan keduanya orang-orang yang sederhana. Aku menyaksikan sendiri betapa anak-anak dididik dengan penuh kasih sayang dan setiap siswa difahami satu persatu.  Guru-guru yang mengajar semuanya berdasarkan pengabdian, tidak dibayar.

Aku sering nangis bila ingat sekolah kebun , kondisi yang memelas mungkin penyebabnya, para pengajar yang mengabdi di dalam keterbatasan mereka.  Murid yang harus menangis-nangis dulu agar orang tuanya mengijinkannya sekolah ... (nah, ini aku mulai ikutan nangis... ). Sudah sekolah gratis, tapi masih tak mampu membeli seragam.  Terbayangkah betapa miskinnya ?

Eyang Virien dan pak Izar, pernah mengatakan padaku kalimat yang sama : "Sudah amat sulit mengubah pola pikir orang tuanya, yang penting sekarang mendidik generasi penerusnya.  Anak-anak ini bila dididik dengan baik, akan menjadi generasi yang tangguh di masa depan".  Mempersiapkan generasi, itulah yang mereka berdua lakukan.

Dan aku ? apa yang aku lakukan ? mari kita bertanya pada diri sendiri , apa yang telah kita lakukan untuk Allah dalam memakmurkan bumiNya. Dan mari mulai dari yang kecil dan dari yang terdekat, dari keluarga dan lingkungan kita .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar