Rabu, 15 Oktober 2014

Jangan Pernah Merasa Rugi

Jadi ceritanya, ada seorang sahabat menyewa rumah di tempat strategis dan membuka kios kue, sayangnya dalam perjalanan waktu, kios kue tersebut tidak keurus.  Saat dia sempat mengurus, kue yang tidak laku  banyak, jadi dilema buat dia, apakah meneruskan jualan kue ? sementara bila dihitung dari barang yang tidak laku maka itungannya rugi , sementara bila berhentipun kok sayang, karena sudah terlanjur mengontrak dengan biaya yang mahal.  Apakah perlu berubah haluan mengintip usaha yang lain yang tidak dikejar masa kadaluwarsa ?

Dan jawabanku saat itu adalah ; " Dalam menghadapi segala kendala dalam bisnis, modalnya tenang dan senang.   Walau mbak sudah banting stir jualan yang lain, sejauh perasaannya masih belum bisa tenang dan senang dalam menjalaninya, tidak akan membuat kondisi membaik, jadi berlatihlah dulu menghadapi segala hal dengan tenang dan senang".

Rugi dan untung itu sebenarnya tergantung dari sisi mana kita melihatnya. Saat kue yang tidak laku banyak, sebenarnya kita bisa beruntung dengan membaginya ke tetangga, ke panti asuhan, ke kaum dhuafa, orang-orang yang lapar dan lain sebagainya. Dan perasaan kitapun musti merasa untung , karena bisa berbuat baik.

Jadikanlah perbuatan baik sebagai kesenangan dan target kita dalam bisnis. Mungkin ada yang bertanya : Target bisnis itu kan keuntungan dalam hitungan uang, kok mbak Innuri menyuruh menargetkan kebaikan ? memangnya yayasan sosial ?

Hmmm hmmm .... buka al quran lagi yaaa, apakah Allah menyuruh kita matre seperti itu ? apakah Allah menyuruh kita berusaha / berbisnis untuk mendapatkan uang banyak ,  keuntungan banyak atau materi yang berlimpah ?  Tidak bukan ? Tapi Allah menyuruh kita mencari karuniaNya dan memerintahkan kita berbuat baik sebanyak-banyaknya.  Dan soal materi , Allah berjanji akan mencukupi kita (maka yakinlah akan janjiNya).

JANGAN PERNAH MERASA RUGI .  Apapun yang terjadi dalam bisnis, bila niatnya untuk berbuat kebaikan karena Allah, maka kita pasti untung terus.

Perasaan negatif seperti 'rugi' , adalah perasaan yang berbahaya , yang sama saja dengan doa yang tidak terucap, yang membuat kita akan mendapatkan apa yang kita doakan.

Seorang pelaku usaha, sebaiknya memelihara perasaan 'bahagia' dengan jalan banyak bersyukur, perasaan seperti inilah yang melancarkan segala urusannya.  Sebelum dia memanage orang lain dalam usahanya, lebih dulu dia musti pintar memanage perasaannya.

Berbisnislah dengan kasih sayang , dan ingatlah saat kita memutuskan untuk berbisnis dengan kasih sayang, kita pasti mendapatkan ujiannya.

Contoh soalnya dari  si mbak yang kuceritakan di depan, dia menggaji seorang karyawan untuk menjaga out letnya, ternyata keuntungan dari out let tersebut  tidak bisa menutup biaya sewa dan gaji karyawan.  Apakah perlu memberhentikan karyawan ?

Aku balik bertanya ; bukankah mbak juga menerima pesanan on line dan mendapatkan keuntungan ? Bukankah keuntungan itu bisa dipakai untuk menutup kerugian out let ? yang berarti mbak kan tidak rugi to ?

Aku ingin bertanya lagi padanya ; siapakah yang mendatangkan pembeli online / offline buat mbak? Apakah mbak merasa sudah pintar bermain internet hingga menganggap bahwa ramainya pesanan online adalah karena kepintaran mbak berpromosi lewat internet ?

Padahal Allahlah dibalik semua itu.

Jadi soal untung dan rugi itu ternyata tipuan belaka, untuk menguji kita, apakah kita menjadi orang yang bersyukur yang selalu merasa untung ? ataukah menjadi orang yang kufur nikmat yang selalu saja mengeluh dan terfokus pada kendala ? 

Seorang ahli syukur akan menempatkan masalah di tangannya, bukan di hatinya. Karenanya dia mudah melihat berbagai solusi yang bisa mengatasi permasalahannya. Sebaliknya bagi orang yang terfokus pada kendala , dia mudah sekali diombang ambingkan permasalahan.


6 komentar: