Jumat, 03 Oktober 2014

Jangan Menghayati Penderitaan


Siang tadi menjenguk saudara yang masuk rumah sakit.  Sebelum jatuh sakit, saudaraku ini punya masalah yang bertumpuk, sudah hutangnya banyak, usahanya morat marit, istrinya berselingkuh, dan anaknya bermasalah.  Seperti sebuah paket yang komplit.  Tapi bukankah Allah tidak pernah salah kirim paket ?

Yang menarik bagiku adalah analisa suamiku saat kami pulang.

"Allah itu Maha Adil dan maha tetap hukumNya. Sebuah kenyataan pahitpun adalah akibat dari kesalahan di masa lalu", katanya.

"Kamu perhatikan cara dia mengucapkan kata 'yaaa Allah' ?", kata suamiku lagi.

"Memang kenapa?".

"Mestinya bukan seperti itu cara mengucapkan asma Allah yang Maha Agung".

"Mestinya?", aku penasaran, karena dia memang sering sekali mengucapkan kata 'yaaa Allah' , dengan kepala yang ditundukkan dan tangan yang menopang dahi, dengan wajah yang nelangsa penuh penderitaan.

"Dia mengucapkan asma Allah dengan penuh penghayatan akan penderitaannya, bukannya malah menjadi tenang karena yakin Allah pasti menolongnya", ini adalah ringkasan pembicaraan panjang antaraku dan suamiku. Membuatku belajar bagaimana cara memaknai kata 'merendahkan diri' di hadapan Allah saat menyebut asmaNya.

QS. Al-An'aam (Al-An'am) [6] : ayat 42
[6:42] Dan sesungguhnya Kami telah mengutus (rasul-rasul) kepada umat-umat yang sebelum kamu, kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kesengsaraan dan kemelaratan, supaya mereka memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri.
 
QS. Al-A'raaf (Al-A'raf) [7] : ayat 205
[7:205] Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.
 
QS. Huud (Hud) [11] : ayat 23
[11:23] Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh dan merendahkan diri kepada Tuhan mereka, mereka itu adalah penghuni-penghuni surga; mereka kekal di dalamnya.
 
QS. Al-Mu'minuun (Al-Mu'minun) [23] : ayat 76
[23:76] Dan sesungguhnya Kami telah pernah menimpakan azab kepada mereka, maka mereka tidak tunduk kepada Tuhan mereka, dan (juga) tidak memohon (kepada-Nya) dengan merendahkan diri.
 
Dari ayat-ayat yang aku sebutkan, jelas sekali, bahwa saat Allah menimpakan azabNya berupa apapun hal yang menyengsarakan , adalah supaya kita memohon kepada Allah dengan tunduk merendahkan diri.  

Tunduk merendahkan diri itu berarti mengakui kelemahan diri, mengakui segala kesalahan diri, mengakui kebesaranNya, meyakini kekuasaanNya dan meyakini pertolonganNya, menghayati kasih sayangNya.

Kita diperintahkan untuk tunduk merendahkan diri, bukannya menyalahkan orang lain, merasa diri sendiri benar dan paling terdhalimi, dan menghayati penderitaan.

Banyak kasus pasangan berselingkuh yang aku temui, umumnya yang tidak berselingkuh merasa dirinya lebih benar dan lebih suci dibandingkan pasangannya.  Mereka tidak sadar bahwa pasangan berselingkuh adalah akibat kita berselingkuh dari Allah , ini kata ustadzku. 
 
Bila merasa bahwa hidup ini kok banyak masalah dan penderitaan, datanglah kepada Allah dengan tunduk merendahkan diri.  Akui bahwa kita memang pantas menerima semua itu , jangan menyalahkan keadaan atau menyalahkan siapapun, lebih-lebih menyalahkan Allah yang terbungkus dalam kalimat-kalimat yang nelangsa.  Jangan menghayati penderitaan, tapi hayatilah sifat-sifatNya yang Maha Tinggi dan Maha Agung.

Jangan menghayati penderitaan, karena penderitaan yang dihayati tidak bakalah mau pergi. Hayatilah kebahagiaan dengan jalan mensyukuri nikmat-nikmatNya.
 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar