Jumat, 08 Agustus 2014

Sungkeman

Sedang terpana melihat foto di internet yang dishare teman, foto pak Jokowi sang presiden terpilih sedang sungkem pada ibunya, tampak betapa wajah sang ibu yang sabar lembut penuh kasih menatap putranya.



 Aku yang arema alias arek Malang, tidak pernah melakukan sungkeman kepada ibu bapak, karena bapak ibuk juga tidak mengajari begitu.  Kebiasaanku pada ibu bapak ya salaman, cium tangan, lalu cium pipi kiri kanan.

Baru ketika menjadi menantu 'orang kulonan' aku mengenal sungkeman, tapi tetap saja tidak pernah sungkem pada bapak ibuku sendiri.

Baru tahu betapa dalamnya makna sungkeman ya baru-baru ini, setelah melihat pak jokowi dan membaca artikelnya betapa doa seorang ibu bisa mengalahkan doa 40 ulama. Juga setelah menyadari betapa anak-anak muda jaman sekarang telah banyak yang kehilangan tata krama, subosito , sopan santun dan adat istiadat ketimuran.

Entah apa sebabnya kok anak-anak masa kini banyak yang menjelma menjadi kebarat-baratan, bahkan ada yang memanggil orang tuanya dengan namanya saja , ini ada beneran dan aku melihatnya.  Ada yang tidak menganggap penting minta maaf dan mengucapkan selamat hari raya iedul fitri kepada kedua orang tuanya, alasannya  sudah mengucapkannya lewat face book dan ibu bapaknya adalah temannya di facebook.

Posisi ibu dan bapak menurut ajaran al quran adalah setelah Allah :

QS. Al-Baqarah [2] : ayat 83
[2:83] Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling.

 Sungguh jenius nenek moyang orang jawa yang dulu menciptakan tradisi sungkeman, dimana sang bunda duduk di kursi, sedang sang anak duduk berlutut di depan pangkuan sang bunda, si anak minta doa-doa dan minta maaf kepada sang bunda , sedang sang bunda mengucapkan restu dan mengelus kepala sang anak.  Kemesraan yang sempurna !!!

Sungkeman membangkitkan rasa pangrasa (perasaan yang terdalam) yang amat berbeda bila dibandingkan dengan sekedar bersalaman dan cipika cipiku.  Sungkeman membangkitkan rasa sayang ibu lebih 'keluar' dan doa-doanya lebih powerfull karena menyadari betapa sang anak begitu membutuhkan doa dan dukungannya, betapa sang anak telah merendahkan dirinya begitu rupa hingga hati sang bunda luluh dan berguguranlah segala perasaan jengkel terhadap sang anak. 

Perasaan marah dan jengkel yang tersimpan di hati sang ibu bisa menghalangi langkah sukses anaknya karena ridha Allah terletak pada ridha orang tua, teristimewa ridha ibu.

Sebaliknya bagi sang anak, sungkeman juga membangkitkan perasaan yang membuatnya merasa lebih kuat menghadapi apapun karena sudah menggenggam ridha Allah lewat ridha sang bunda. Sang anak bisa merasakan ditemani dan dikuatkan terus dengan doa doa sang bunda.  Ini amat penting sebagai bekal meniti kehidupan.

Sebagai seorang anak, jangan malu untuk sungkem pada bapak ibu, walau mungkin kita sudah jadi bapak dan ibu dan kelihatan terlambat.  Tidak ada kata terlambat untuk hal yang baik.

Sebagai orang tua, alangkah bagusnya bila kita ajari anak-anak sungkeman pada kita, bukan karena kita ingin dihormati tapi karena kewajiban kita sebagai orang tua adalah mendidik anak-anak untuk menghormati orang tuanya, seperti perintah Allah.

Jangan lupa, seorang istri juga sungkem pada suami.
Dan semua itu tidak harus dilakukan di hari lebaran saja, kapan saja kita membutuhkan doa dan dukungan orang tua, lakukan sungkeman.  Gak ada salahnya kan ?





Tidak ada komentar:

Posting Komentar