Selasa, 19 Agustus 2014

Spriritualitas dalam sepotong brownies

Membuat kuepun ternyata membutuhkan spiritualitas yang tinggi ,  bukan sekedar mengocok adonan, mengovennya, menghidangkannya. Seperti apakah itu ?

Beberapa hari terakhir aku punya kesibukan baru, memproduksi brownies pisang sebagai bisnis baruku.  Alhamdulillah  lancar jaya dalam hitungan minggu, laris manis, hingga aku turun sendiri membantu dan mengontrol produksinya (cerita lengkapnya tentang bisnis pisangku klik disini  )

Pernah di suatu pagi, karyawan dapur belum datang, aku membuat brownies sendirian.  Aku mengerjakannya sambil melantunkan ayat-ayat suci, dan aku memang punya kebiasaan seperti ini bila di dapur.  Pikiranku bilang begini :"Waah, kalau dikerjakan sambil ngaji gini, pasti browniesnya bagus dan memberi berkah lancar usaha".  Terlintas di pikiranku tentang hado dalam masakan yang dibuat dengan cinta kasih.

 

Tak tahunya, browniesku malah amburadul , 2 kali bikin gak jadi, padahal aku membuat  dengan takaran yang sama dan dengan cara yang sama. Akupun merenung.  Rupanya aku telah salah niat saat mengaji tadi, tanpa aku sadari mengajiku telah aku tujukan ke brownies , maka rusaklah dia. Semestinya apapun dan siapapun yang kita hadapi, itulah yang kita bawa menuju Allah, bukan kita yang mengarahkan tujuan ke makhluk.

Itu adalah hal yang halus sekali, tidak mudah menyadarinya sebagai sebuah kesalahan. Dan seperti itulah salah satu cara Allah 'berbicara' kepada kita, lewat peristiwa yang difahami dengan kejernihan hati.


2 komentar:

  1. He..He..He.. salah niat bisa fatal, Alloh ga mau dimadu, untung ditegornya masih didunia dg brownies yg amburadul.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah, berarti Allah masih sayang, kan masih ditegur, bukan dibiarin.

      Hapus