Dear para pecinta diri sendiri.
Ini adalah hari ke 10 aku menempuh khalwat 40 hari yang aku lakukan di rumah saja. Ada sesuatu yang terjadi di hari ke tiga, yaitu kedatangan tamu dari Lombok. Karena itulah aku mengalami sedikit distraksi, beberapa hari aku tidak membaca Al Quran padahal rencananya mengkhatamkan Al Quran sekaligus terjemahannya, juga melanjutkan mempelajari TAO dari channel Pak Hans di Youtube.
Aku merasa khalwatku kali ini kok begini ya?
Karena khalwatku yang pertama dulu aku benar-benar khalwat / menyendiri sekaligus uzlah (menjauh dari keluarga dan masyarakat), jadi kupikir dulu lebih intensif dan lebih 'benar'. Tapi ternyata anggapanku ini perlu dikoreksi, karena muncul insight dari dalam yang bikin hatiku mak jleb dan mak cesss terasa sejuk tapi sekaligus masih bingung ... haha,
Begini insight yang aku terima. Bahwa Al quran itu terbentang di alam semesta ini, membaca al quran secara harfiah adalah pandangan orang umum soal mempelajari Al quran, sedangkan bagi orang-orang khusus, membaca alam semesta ini pun membaca Al quran. Atau dengan kata lain, kita bisa menemukan Al quran di setiap sudut alam semesta ini. Jangan terpaku pada huruf-huruf yang tertulis di kitab suci, itu mempersempit pemikiran kita, karena alam semesta ini pun kitab suci. Alam semesta ini adalah Al quran yang bisa dibaca dengan terang bagi hati yang mau membacanya. Ya bacanya pakai hati, bukan pakai lisan, kadang butuh pemikiran dan logika juga, tapi musti berawal dari hati yang terbuka untuk menerima pesan-pesan suci dari alam.
Baiklah, coba kita berlatih membaca kitab suci di alam semesta dari kasus banjir Sumatra, apa yang terlintas di hati dan pikiranmu, Sahabat? Lalu cocokkan dengan surat Ar Rum ayat 41 :
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).
Nah kan? Cocok kan dengan apa yang kita pikirkan?
Al quran itu selain terbentang di alam semesta, juga tersimpan di dalam jiwa manusia (Surat Al Ankabut ayat 49). Kalau aku sendiri ngeh dengan ayat ini gara-gara Carl Gustav Jung di dalam teori ketidaksadarannya. Kata Jung di dalam jiwa manusia ada ketidaksadaran pribadi yang merupakan memori yang dialami secara personal, di bawahnya lagi ada ketidaksadarannya kolektif yang merupakan simpanan memori seluruh umat manusia. Di dalam ketidaksadarannya kolektif inilah ada arketipe (cari sendiri di google ya apa itu arketipe)
Coba pikirkan, setiap manusia dari berbagai bangsa pasti setuju bila menolong orang yang sedang tenggelam itu adalah perbuatan baik. Asalnya dari mana nilai ini? Pasti sudah built in di jiwa manusia bukan? Berarti apa? Ya berarti benar Surat Al Ankabut ayat 49 itu kan? Al Quran itu tersimpan di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu, bukan hanya orang Islam ya.
Begitulah, semoga tidak membingungkan. Aku sendiri masih belajar membaca Al Quran lewat alam semesta besar (jagat raya) Dan semesta kecil (jiwaku sendiri). Allah pasti membimbingku dan membimbing kita semua menuju pemahamanNya.